Kamis, 06 Maret 2014

ANALISIS WACANA* (DISCOURSE ANALYSIS)



Discourse is the means by which institution wield their power through a process of definition and exclusion, inteligibility and legitimacy. What he means by this is the way particular discourse or discursive formation define what it is possible to say on any given topic. A discursive formation consists of a body of unwritten rules, and shared assumptions which attempt to regulate what can be written, thought and acted upon a particular field.

  Analisis Wacana adalah studi mengenai penggunaan bahasa yang memiliki tujuan untuk menunjukkan dan menginterpretasikan adanya hubungan antara tatanan atau pola-pola dengan tujuan yang diekspresikan melalui unit kebahasaan tersebut. Bahasa dan wacana menurut pemahaman fenomenologi justeru diatur dan dihidupkan oleh pengucapan-pengucapan yang bertujuan.

    Analisis wacana dalam perspektif ini berusaha membongkar dan mengungkap maksud-maksud tersembunyi yang ada di balik ujaran-ujaran yang diproduksi. Dengan cara meneliti ujaran-ujaran yang ada dalam wacana, lalu menarik garis merah dengan jati diri si penulis atau pembicaranya. Analisis ini juga dimaksudkan untuk menunjukkan kepada pembaca-pembaca yang berpotensi tidak atau kurang menyadari adanya maksud tersembunyi si pencipta wacana tersebut.
Menurut Van Dijk wacana digambarkan memiliki tiga dimensi:
1.    Teks
Dalam demensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu.
2.    Kognisi Sosial
Pada tingkat kognisi sosial dipelajari proses produksi berita yang melibatkan kognisi individu penulis berita
3.    Konteks Sosial
Konteks Sosial adalah mempelajari bangunan wacana yang berkembang di masyarakat.
    Inti analisis wacana adalah menggabungkan ketiga demensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan.

    Pada pidato kenegaraan tgl 18 Agustus 1996 Presiden Soeharto mengajak semua pihak untuk menghormati konsensus nasional tentang keberadaan tiga kekuatan politik, yakni dua partai politik (PDI, PPP) dan Golkar. Ia menegaskan penolakannya terhadap gagasan pembentukan partai politik baru seraya mengingatkan adanya kemungkinan munculnya kembali, meskipun dalam baju lain, Partai Komunis Indonesia yang telah dilarang sejak tiga dasawarsa sebelumnya. Di samping itu, ia menyangsikan adanya dukungan rakyat terhadap gagasan pembentukan wadah baru tersebut. Katanya: "Marilah kita semua menghormati konsensus nasional yang telah kita mufakati dengan susah payah dan memakan waktu panjang. Janganlah konsensus nasional ini kita kotak-katik lagi hanya untuk memenuhi ambisi-ambisi pribadi dan golongan. Jika kita belum puas dengan peranan ketiga wadah kekuatan politik yang kita miliki, marilah kita perbaiki wadah yang telah ada. Bukan dengan membuat wadah baru yang sama sekali tidak jelas dukungannya dari rakyat" (Kompas Online, 18 Agustus 1996).

    Terlihat dari penekanan-penekanannya bahwa penutur tampak berpihak pada kepentingan bangsa (konsensus nasional yang telah dibangun dengan susah payah dalam waktu panjang), seolah-olah konsensus dan kemufakatan itu adalah sesuatu yang jelas-jelas ada. Pertanyaannya adalah apakah konsensus dan mufakat tersebut memang nyata ada dan benar-benar telah dibangun melalui prosedur yang berlandaskan pada azas demokrasi, dengan mempertimbangkan keterwakilan suara rakyat ? Ataukah konsensus tersebut adalah konsensus semu yang tampaknya ada, lagi pula sama sekali tidak dibangun dengan azas-azas demokrasi yang transparan dan berkeadilan.

    Penutur juga mempersoalkan dorongan untuk menciptakan partai baru sebagai bentuk ambisi pribadi dan golongan. Pertanyaannya apakah ambisi pribadi dan golongan tidak perlu ada dalam sebuah negara, dan apakah ambisi ini selalu bersifat negatif dan mengancam kepentingan nasional? Melalui analisis wacana fenomenologis ini dapat diungkap apa kira-kira maksud Soeharto mengajak masyarakat untuk melestarikan konsep dua parpol Golkar dan untuk tidak berpikiran membentuk partai baru. Seperti kita ketahui pada masa itu Golkar, di mana Soeharto menjadi salah satu pemimpinnya, adalah golongan yang sangat besar dan kuat. Dengan kondisi dua partai lain (PDI dan PPP) yang kekuatannya jauh di bawah Golkar, maka Golkar akan tetap menjadi kelompok raksasa yang kekuatannya tak tertandingi. Soeharto yang pada waktu itu sudah memerintah RI selama tiga puluh tahun tampak berkeinginan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai presiden RI dengan cara menjaga kestabilan kekuatan politis yang ada, yakni dengan tidak membuka sekecil apa pun peluang munculnya kekuatan baru yang mungkin mengancam kedudukan Golkar dan tentu saja dirinya dan kelompok elitnya.

    Lebih jauh dari fenomenologi, penghampiran post-strukturalisme memandang bahasa bukan semata sebagai medium ekspresi, tetapi sebagai medium untuk melakukan dominasi dan menyebarkan kekuasaan. Bahasa adalah alat bagi lembaga-lembaga untuk menyebarkan kekuasaannya. Pandangan ini melihat adanya konstelasi kekuatan dalam proses pembentukan dan reproduksi makna.

    Konsep Foucault, wacana mengandung pengertian akan adanya power dan kekuasaan di balik pernyataan-pernyataan tersebut. Paham ini mempercayai bahwa relasi kekuasaan dalam masyarakat mempengaruhi dan membentuk cara-cara bagaimana kita saling berkomunikasi dan bagaimana pengetahuan diciptakan. Diskursus dipercayai sebagai piranti-piranti yang digunakan lembaga-lembaga untuk mempraktekkan kuasa-kuasa mereka melalui proses-proses pendefinisian, pengisolasian, pembenaran. Ia menentukan mana yang bisa dikatakan, mana yang tidak terhadap suatu bidang tertentu, pada kurun waktu tertentu pula.   

    Salah satu yang dirasakan mengganggu dari pendekatan ini adalah krisis 'kebenaran' dan 'rasionalitas'. Dalam pandangan post-strukturalisme, misalnya fakta sejarah dan 'fakta legal' pun dipandang sebagai konstruksi diskursif yang maknanya amat tergantung pada siapa yang bicara, di mana, bagaimana, kapan dsb, sehingga tulisan-tulisan sejarah yang pada mulanya dianggap ilmiah dapat dibongkar kembali menggunakan analisis wacana model ini , misalnya melalui pendekatan naratif, atau analisis naratif untuk melihat alur pikir tulisan, dan dengan demikian dapat dilihat pula maksud yang mungkin tersembunyi di balik penggunaan alur pikir tersebut. "Fakta-fakta" sejarah menjadi kabur dan sehingga tidak bisa dijadikan patokan.

    Sebagai sebuah disiplin ilmu, anali¬sis wacana memiliki latar belakang dan acuan teoretis yang beragam. Paling tidak, ada dua model analisis wacana yang ber¬kembang dan banyak dipakai oleh para peneliti. Pertama, adalah model analisis yang terutama ditujukan ke arah wacana itu sendiri, bergerak ke dalam dengan mencari kohesi dan koherensi strukturnya. Kedua, analisis wacana yang tidak hanya dibatasi pada pemahaman mengenai ko¬hesi dan koherensi strukturnya, melainkan ditujukan pada efeknya, pada kemampu¬annya memengaruhi dan membentuk pikiran atau perilaku kolektif manusia. Model analisis pertama berkembang dalam disiplin linguistik, sementara model kedua adalah analisis wacana yang dikembangkan oleh Michel Foucault, Sara Mills, Teun A. Van Dijk, Roger Fowler dan sebagainya.

    Dalam produksi wacana, struktur pengetahuan akan mempengaruhi dan mengontrol semantik dan perangkat wacana yang lain. Oleh karena pengetahuan tersebut tidak hanya berkaitan dengan penutur, tetapi berkaitan pengetahuan lain yang dimiliki pendengar, pembaca atau partisipan; maka diperlukan suatu model mental yang komplek tentang situasi pengetahuan lain dari peristiwa komunikatif yang disebut konteks.

    Ada beberapa hal yang harus kita fahami tentang bagaimana cara untuk melakukan analisis terhadap wacana yang berkembang dalam media cetak.
1.    Tematik
Tema/topik berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan (Sobur, 2006:75) atau gambaran umum dari suatu teks. Dapat disebut juga sebagai gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks. Topik menunjukkan apa yang ingin disampaikan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Menurut Van Dijk wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan umum. Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu tetapi suatu pandangan umum yang koheren (koherensi global), yakni bagian-bagian teks jika dirunut saling mendukung satu dengan yang lain mendukung membentuk gambaran topik umum. Topik tersebut akan didukung oleh sub-sub topik.
2.    Skematik
Skema merupakan alur penyajian berita atau wacana. Alur tersebut menunjukkan bagian-bagian teks itu disusun dan diurutkan sehingga membentuk suatu kesatuan. Ada bagian yang didahulukan dan ada bagian yang mengikutinya, ada bagian yang disembunyikan. Skema dalam berita secara umum terbagi menjadi dua bagian yakni: 1) summary yang ditandai dua elemen yakni: judul dan lead (teras berita/paragraf pertama) , 2) story yakni isi berita secara keseluruhan.
3.    Semantik
Yang termasuk dalam elemen semantik adalah: latar, detail, maksud, praanggapan. Latar adalah bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak akan dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan.

Detail berkaitan dengan kontrol informasi yang disampaikan penulis/wartawan, apa penulis menampilkan informasi secara berlebihan yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik, atau akan menampilkan informasi dengan jumlah sedikit bila tidak menguntungkan atau tidak mendukung citra baik. Elemen maksud adalah elemen yang menunjukkan apakah informasi disampaikan secara telanjang atau tidak, eksplisit atau tidak. Pranggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks, upaya mendukung pendapat dengan menggunakan premis yang dipercaya kebenarannya. Berbeda dengan latar, latar berupaya mendukung pendapat dengan jalan memberikan latar belakang

4.    Sintaksis
Segi sintaksis berhubungan dengan penataan bentuk dan susunan kalimat untuk membangun penggungkapan gagasan, ide yang logis. Bagian kalimat atau kalimat yang satu dijalin dengan bagian atau kalimat yang lain sehingga membentuk kesatuan yang padu. Bentuk kalimat aktif atau pasif sering digunakan untuk menonjolkan objek ataukah pelaku peristiwa atau kejadian, sering digunakan untuk menyembunyikan pelaku peristiwa yang diberitakan Dalam analisis wacana koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Koherensi digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat atau paragraf sehingga yang berbeda gagasannya menjadi selaras mendukung gagasan utama yang disampaikan. Koherensi dapat ditandai dengan penunjuk hubungan (atau disebut kohesi) dalam kalimat. Penunjuk hubungan itu di antaranya: 1) kata penghubung dan, sebab akibat, meskipun, 2) kata ganti, 3) pemindahan gagasan/transisi, 4) bentuk kalimat: aktif, pasif

5.    Stilistik
Segi stilistika adalah gaya yaitu cara yang digunakan penulis atau pembicara untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan gaya bahasa. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan kata untuk membentuk citra makna tertentu. Melalui pemilihan kata peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan kata yang berbeda. Hal itu berkaitan dengan sikap dan pandangan penulis atau pembicara dalam memaparkan suatu informasi atau persoalan tertentu. Dengan demikian melalui penggunaan gaya bahasa dapat diketahui sikap dan pandangan penulis atau pembicara.

6.    Retoris
Retoris merupakan gaya interaksi pembicara/penulis ketika menyampaikan tulisan atau pembicaraannya, yakni bagaimana pembicara menempatkan/ memposisikan dirinya di depan khalayak, apakah formal atau informal. Bagian ini berkaitan dengan ekspresi untuk menonjolkan atau menghilangkan bagian tertentu dari suatu teks. Bagian retoris ini merupakan bagian untuk menampilkan citra visual, misal mengenai kelompok yang ditonjolkan dan kelompok yang dimarginalkan. Yang termasuk ke dalam elemen ini dalah eksprsi, grafis, metafora. Grafis adalah bentuk tulisan, apakah penulisan itu huruf kapital atau huruf kecil, ukuran besar atau kecil, cetak miring, tebal atau bergaris bawah, berwarna atau tidak. Bentuk tulisan tersebut digunakan untuk menyatakan bagian yang ditonjolkan atau dipentingkan dan bagian yang tidak dipentingkan atau dimarginalkan.

7.    Skematik
Skema merupakan alur penyajian berita atau wacana. Alur tersebut menunjukkan bagian-bagian teks itu disusun dan diurutkan sehingga membentuk suatu kesatuan. Ada bagian yang didahulukan dan ada bagian yang mengikutinya, ada bagian yang disembunyikan. Skema dalam berita secara umum terbagi menjadi dua bagian yakni: 1) summary yang ditandai dua elemen yakni: judul dan lead (teras berita/paragraf pertama) , 2) story yakni isi berita secara keseluruhan. Untuk memberi gambaran secara keseluruhan pada pembaca, teks media umumnya menampilkan ringkasan berupa intisari pemberitaan yang termuat dalam lead.

8.    Semantik
Yang termasuk dalam elemen semantik adalah: latar, detail, maksud, praanggapan. Latar adalah bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak akan dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan.

9.    Penutup
Sebagai penutup uraian ini dapat dikemukakan bahwa untuk membangun tema atau makna pemberitaan yang menunjuk kepada keberpihakan pada warga penulis memanfaatkan elemen wacana meliputi pemanfaatan judul, pengembangan tema; pengembangan pola urutan, pemanfaatan aspek sintaksis, semantis, serta penggunaan aspek retoris.

Salan Pergerakan,,,,,,,,!!!!

Oleh M. Magfurir Rohman

*Materi disampaikan dalam Pelatihan Kader Dasar (PKD) PMII Komisariat Sultan Hadlirin UNISNU Jepara, pada 28 Februari – 3 Maret 2014


0 komentar:

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Contact Person

Muhammad Iklil (Ketua Rayon Syari'ah dan Hukum) 087 746 566 766 Muwasaun Niam (Pimred Karsa Soeper) 085 741 498 232

Karsa Soeper

Merupakan media wacana dan berita Rayon Syari'ah dan Hukum UNISNU JEPARA

Alamat Redaksi

Jl. Majapahit Gg. Mawar RT.08/VI Gerjen Sari Tahunan Jepara

Copyright © 2014. KARSA SOEPER - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz